Berbicara tentang “standar kecantikan”. Bagi ku itu hanya sebuah tolok ukur seseorang dalam menilai wujud itu sendiri. Katanya, seorang cantik itu harus putih, mata lentik, hidung mancung, bibir merah, “katanya” namun nyatanya?
Were special in our own way.
Were have our own stage to shine, no matter how we look like, were still us.
Aku ya tetap aku.
Terkadang aku pun berpikir, ko aku kaya gini ya? Kenapa aku berbeda ya? Kenapa ini, kenapa itu. its okay, belajar menerima diri pun butuh waktu, toh memang di dunia ini tidak ada yang sempurna bukan?
Tak selamanya “paras” jadi sebuah patokan atas segalanya, ada kalanya nanti “paras” akan hilang tertelan usia.
Penulis: Fidelya Hannan (XI IPS 1)
(Divisi Kepenulisan Ekskul JMC)
Tinggalkan Komentar